PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
1 April 2024
15 Maret 2024 | 1 April 2024 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 7.433 | 7.288 | -145 | -2.0% |
LQ45 | 1.012 | 985 | -27 | -2.7% |
EIDO | 23.0 | 22 | -1 | -4.3% |
Japan Nikkei 225 | 38.548 | 40.646 | 2098 | 5.4% |
Shanghai CI | 3.031 | 3.049 | 18 | 0.6% |
Dow Jones | 38.906 | 40.158 | 1252 | 3.2% |
Nasdaq | 16.129 | 18.263 | 2134 | 13.2% |
Emas | 2.165 | 2.232 | 67 | 3.1% |
Apa Dampak Papan Pemantauan Khusus Full Call Auction Bagi Investor?
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah secara resmi mengenalkan Papan Pemantauan Khusus tahap II dengan penerapan full periodic call auction pada 25 Maret 2024 lalu. Full call auction sendiri adalah mekanisme perdagangan dengan kuota bid dan ask yang akan match pada jam tertentu serta pembentukan harga diambil dari lantai dengan volume match terbesar antara bid dan offer.
Dalam mekanisme ini, seluruh saham yang terdaftar di papan pemantauan khusus dapat diperdagangkan hingga mencapai harga minimum Rp 1. Auto Rejection untuk saham dengan harga Rp 1 – Rp 10 yakni sebesar Rp 1, sedangkan untuk saham dengan harga di atas Rp 10 sebesar 10%. Saham-saham tersebut akan diperdagangkan menggunakan sistem full call auction dalam lima sesi dari Senin hingga Kamis, dan empat sesi pada hari Jumat, dengan penyesuaian jadwal tertentu.
Meskipun begitu, penerapan papan pemantauan khusus menggunakan full periodic call auction ini ternyata tidak mendapatkan respon positif dari pelaku pasar. Banyak yang merasa kesulitan dengan mekanisme ini dan bahkan mengajukan petisi untuk menghapusnya. Adapun berdasarkan laman resmi Change.org, tercatat ada sebanyak 8.915 orang yang menandatangani petisi dan meminta agar peraturan papan pemantauan khusus full call auction tahap II dihapuskan pada 29 Maret 2024 lalu.
Menurut Research Analyst Infovesta Kapital, Arjun Ajwani, ketidaktersediaan informasi mengenai bid dan offer dalam full call auction menyulitkan para pelaku pasar dalam melakukan amend atau revisi transaksi mereka karena kurangnya transparansi. Meskipun begitu, aturan ini hanya berlaku untuk saham yang terdaftar di Papan Pemantauan Khusus, sehingga seharusnya tidak berdampak negatif maupun positif pada pasar secara keseluruhan karena saham-saham tersebut umumnya memiliki kapitalisasi kecil. Dampaknya ke IHSG juga dinilai cukup minim, namun kebijakan ini tentunya menjadi berita buruk bagi pemegang saham yang terdaftar di Papan Pemantauan Khusus.
Jembatan Baltimore Ambruk, Saham Batubara Bakal Ketiban Berkah?
Jembatan di kota Baltimore, Amerika Serikat (AS) ambruk usai ditabrak kapal kargo berbendera Singapura, pada hari Selasa, 26 Maret 2024, sekitar pukul 01.30 waktu setempat. Ambruknya Jembatan di Baltimore itu pun diproyeksikan akan akan menghambat bahkan menghentikan ekspor batu bara dari pelabuhan tersebut selama 6 pekan ke depan.
Merespon insiden tersebut, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), menyatakan bahwa hingga saat ini insiden itu masih belum mempengaruhi operasional ekspor batubara perseroan. Kejadian ini sendiri memang mempengaruhi pengiriman batubara dari Amerika Serikat, namun sampai saat ini belum mempengaruhi pengiriman batubara Adaro ke Asia, termasuk India. Sebagai informasi, ADRO mencatatkan nilai ekspor batu bara sebesar US$ 700,48 juta sepanjang 2023, dengan India sebagai salah satu negara tujuan ekspor terbesar perusahaan setelah China dan Malaysia.
Senada, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga mengatakan bahwa insiden itu tak serta-merta berdampak kepada kinerja ekspor perseroan. Menurut Corporate Secretary PTBA Niko Chandra, insiden tersebut terjadi di wilayah pengapalan Amerika Utara yang dominan dalam ekspor batu bara metalurgi, sehingga dampaknya terhadap perusahaan di Indonesia kemungkinan akan minimal karena perbedaan kualitas pasokan batubara.
Sebelumnya, Ernie Thrasher, CEO Xcoal Energy & Resources LLC, memperkirakan bahwa insiden tersebut dapat menghalangi pengiriman hingga 2,5 juta ton batu bara. Namun, Baltimore sendiri hanya mengirimkan kurang dari 2% dari pasokan batubara global yang diangkut melalui laut, sehingga dampaknya diperkirakan akan terbatas pada skala global.
Simak Perubahan Evaluasi dan Ketentuan Kriteria LQ45, IDX30 dan IDX80!
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan dua perubahan signifikan terkait evaluasi Indeks IDX80, LQ45, dan IDX30 yang akan mulai berlaku sejak Evaluasi April 2024. Perubahan tersebut mencakup periode evaluasi dan kriteria universe dari indeks-indeks tersebut. Manajemen BEI menjelaskan bahwa penyesuaian ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk selalu mengikuti perkembangan pasar modal dan memenuhi kebutuhan indeks yang lebih relevan dengan kondisi pasar saat ini.
Pertama, BEI mengubah periode evaluasi yang sebelumnya hanya dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada Januari dan Juli dengan periode efektif Februari dan Agustus. Dengan perubahan ini, evaluasi akan dilakukan empat kali dalam setahun, yaitu pada Januari, April, Juli, dan Oktober dengan periode efektif pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.
Kedua, penyesuaian kriteria universe untuk Indeks IDX80. Sebelumnya, kriteria universe terdiri dari saham-saham konstituen Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah tercatat lebih dari 6 bulan dan merupakan 150 saham dengan nilai transaksi tertinggi di pasar reguler selama 12 bulan terakhir.
Setelah penyesuaian, kriteria universe Indeks IDX80 mengalami penambahan. Kini, saham-saham tersebut juga harus tidak pernah mengalami suspensi dan selalu ditransaksikan setiap hari dalam 6 bulan terakhir, memiliki kapitalisasi pasar free float di atas batasan yang ditentukan oleh BEI, serta memiliki minimum rasio free float sebesar 10%. Penyesuaian ini akan mulai berlaku pada evaluasi mayor April 2024 dan efektif pada hari perdagangan pertama bulan Mei 2024, kecuali ketentuan mengenai minimum rasio free float yang akan berlaku pada evaluasi mayor Oktober 2024 dan efektif pada hari perdagangan pertama November 2024.
Ramadhan Tiba, Saatnya Emiten Ritel Unjuk Gigi?
Momentum bulan Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri diproyeksikan bakal menjadi berkah bagi emiten ritel, baik yang menjual pakaian, makanan, atau barang konsumen lainnya, seiring dengan meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat selama momentum ini. Kenaikan konsumsi masyarakat juga ditopang oleh adanya insentif bagi karyawan yaitu Tunjangan Hari Raya (THR), dimana adanya tambahan pendapatan tersebut biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk berbelanja berbagai macam perlengkapan untuk persiapan menyambut lebaran, sehingga akan meningkatkan angka penjualan sektor ritel. Adapun top picks di sektor ini adalah sebagai berikut:
- PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
PT Ace Hardware Indonesia Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha peralatan rumah tangga, perbaikan rumah, dan produk gaya hidup. Produk perbaikan rumahnya meliputi ruang tamu di luar ruangan, cat dan serba-serbi, perlengkapan dan perlengkapan pipa, listrik, perkakas, dan lain-lain. Produk gaya hidup meliputi otomotif, furnitur, peralatan rumah tangga dan hadiah, perlengkapan olahraga dan hewan peliharaan, serta peralatan rumah tangga. Produk-produk perseroan dipasarkan dengan berbagai merek dagang, antara lain ACE, Krisbow, dan Kris. Sementara toko dari bisnis mainannya dengan nama Toys Kingdom.
Berdasarkan segmennya, pendapatan terbesar ACES di kuartal III-2023 ini berasal dari penjualan produk perbaikan rumah yang berkontribusi sebesar Rp 2.9 triliun atau sekitar 54,1%, kemudian diikuti oleh penjualan produk gaya hidup yang berkontribusi sebesar Rp 2.2 triliun atau sekitar 41,9% dan produk permainan berkontribusi sebesar Rp 224.9 miliar atau sekitar 4,1% dari total pendapatan ACES di kuartal III-2023. Nah, dari sini dapat terlihat bahwa sebagian besar pendapatan ACES ini didominasi oleh segmen produk perbaikan rumah. Lantas, apakah momentum ramadhan dan idul fitri di tahun 2024 ini bakal menjadi berkah untuk saham ACES?
Tahun | Q1 | Q2 | Q3 | Q4 |
2023 | 1,702,303,447,770 | 1,932,748,988,570 | 1,858,565,571,830 | – |
2022 | 1,626,507,283,738 | 1,681,350,000,024 | 1,587,232,059,480 | 1,867,713,998,900 |
2021 | 1,768,831,972,056 | 1,807,658,014,297 | 1,356,696,851,278 | 1,849,233,684,800 |
2020 | 1,966,961,763,940 | 1,684,586,998,960 | 1,828,843,157,740 | 2,036,779,689,831 |
2019 | 1,960,038,226,677 | 2,168,584,650,867 | 2,012,475,516,490 | 2,168,503,358,720 |
Jika dilihat dari data historis perusahaan selama 5 tahun terakhir, dapat terlihat bahwa pendapatan ACES di kuartal IV cenderung lebih tinggi setiap tahunnya, dibandingkan dengan kuartal-kuartal lainnya. ACES hanya mencatatkan penjualan tertinggi di kuartal II pada tahun 2019, dimana di tahun tersebut pandemi Covid-19 muncul sehingga wajar jika penjualan di kuartal IV pun jauh sedikit lebih kecil dibandingkan kuartal ke II. Dari data ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa penjualan ACES lebih terdampak dari momentum natal dan tahun baru, ketimbang momentum Ramadhan dan Idul Fitri. Lantas, apakah saham ACES masih layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan ACES
2023 – Q3 | 2022 – Q3 | 2021 – Q3 | |
Pendapatan | 5,384,809,545,007 | 4,783,389,925,321 | 4,601,196,715,536 |
Laba Bersih | 485,834,701,915 | 351,712,922,867 | 322,854,926,946 |
Total Asset | 7,428,435,158,824 | 7,120,123,032,174 | 6,925,598,830,757 |
Total Liabilitas | 1,541,294,090,822 | 1,602,363,785,343 | 1,929,965,671,284 |
Total Ekuitas | 5,887,141,068,002 | 5,517,759,246,831 | 4,995,633,159,473 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, ACES berhasil membukukan peningkatan pendapatan dari Rp 4.7 triliun menjadi Rp 5.3 triliun di kuartal III-2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga meningkat dari Rp 351.7 miliar menjadi Rp 485.8 miliar. Begitu pula dengan aset perusahaan yang juga melesat dari Rp 7.1 triliun menjadi Rp 7.4 triliun, dan ekuitas perusahaan yang juga tercatat naik dari Rp 5.5 triliun menjadi Rp 5.8 triliun. Di sisi lain, perusahaan pun berhasil menurunkan liabilitasnya dari Rp 1.6 triliun menjadi Rp 1.5 triliun di kuartal III-2023. Nah, bukan hanya liabilitasnya yang berhasil diturunkan, jumlah liabilitas ini juga masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan ekuitas perusahaan, sehingga menandakan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang sehat. Hal ini juga terlihat dari rasio Debt-to-Equity (DER) perusahaan yang tercatat hanya sebesar 26,37%.
Selain kondisi keuangannya yang berada dalam kategori sehat, kinerja ACES di tahun 2024 diperkirakan akan tetap positif karena perusahaan terus melakukan ekspansi gerai. Sebagai informasi, pada tahun 2023, ACES membuka 13 gerai baru dan menutup delapan gerai, sehingga total gerainya mencapai 233 toko pada 23 Desember 2023. Adapun untuk tahun 2024, ACES berencana membuka sembilan gerai baru di luar Pulau Jawa.
Manajemen ACES sendiri menilai bahwa toko-toko di luar Jawa memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi karena biaya operasionalnya lebih rendah, yang berdampak pada keuntungan yang lebih besar. Selain itu, Same Store Sales Growth (SSSG) ACES di wilayah luar Jawa tumbuh mencapai 16,3% di bulan September 2023, yang mengindikasikan bahwa potensi untuk luar jawa ini cukup besar. Ekspansi ke daerah-daerah di luar Jawa ini pun diproyeksikan mampu mendorong kinerja ACES di tahun 2024 ini.
Selain toko offline, ACES juga terus berkembang dalam pelayanan belanja online, menunjukkan adaptasinya terhadap perubahan zaman. Dalam sektor online, penjualan ACES mendapat respons positif karena mampu mengikuti tren digital, memberikan kemudahan berbelanja dan bertransaksi bagi pelanggan. Selain itu, ACES juga memperkenalkan strategi promosi baru dengan diskon yang terperinci dan berkelanjutan, di mana setiap minggunya menawarkan diskon untuk produk yang berbeda-beda. Ekspansi dan promosi ini pun diproyeksikan akan menjadi pendorong kinerja ACES di tahun 2024.
Adapun dari segi valuasi, saham ACES dinilai cukup mahal melihat rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 2.58x, dan rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran 23.30x. Meskipun begitu, valuasi ACES saat ini sudah jauh lebih rendah dibandingkan rasio PER nya saat 5 tahun lalu yang mencapai 32.3x. Sementara per 29 Maret 2024, ACES sendiri masih belum merilis laporan keuangannya untuk tahun 2023. Nantinya, apabila laporan keuangan yang dirilis menunjukkan peningkatan kinerja yang baik, maka bukan tidak mungkin bagi saham ACES untuk melesat. Jadi, berdasarkan pembahasan di atas, saham ACES masih layak untuk diberi rekomendasi BUY.
2. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan umum yang menjual berbagai komoditas seperti pakaian, aksesoris, tas, sepatu, kosmetik, dan kebutuhan sehari-hari melalui dua segmen, yaitu department store dan supermarket. Perusahaan mengoperasikan gerai di bawah naungan Ramayana, Robinson, dan Cahaya. Robinson menawarkan peralatan rumah tangga, elektronik, makanan, minuman, dan produk segar. Adapun Ramayana menjual produk fesyen, perlengkapan rumah tangga, kosmetik, buku, alat tulis, dan mainan anak.
Berdasarkan segmennya, dapat terlihat bahwa pendapatan RALS di kuartal III-2023 ini sebagian besarnya berasal dari penjualan pakaian dan aksesoris, dimana segmen ini berkontribusi sebesar Rp 1.4 miliar atau sekitar 70,6%. Kemudian diikuti oleh segmen barang swalayan yang berkontribusi sebesar Rp 604.5 juta atau sekitar 29,3%. Lantas, mengingat adanya tradisi beli baju baru saat Ramadhan dan Idul Fitri, akankah RALS mendapatkan keuntungan dari momentum ini?
Tahun | Q1 | Q2 | Q3 | Q4 |
2023 | 583,751,000,000 | 1,080,489,000,000 | 475,933,000,000 | 472,182,000,000 |
2022 | 600,533,000,000 | 1,255,556,000,000 | 546,519,000,000 | 594,005,000,000 |
2021 | 490,941,000,000 | 1,225,973,000,000 | 261,241,000,000 | 614,527,000,000 |
2020 | 916,134,000,000 | 557,674,000,000 | 428,099,000,000 | 626,044,000,000 |
2019 | 1,046,052,000,000 | 2,442,833,000,000 | 937,392,000,000 | 1,170,121,000,000 |
Berdasarkan data historis perusahaan selama lima tahun terakhir, dapat terlihat bahwa pendapatan RALS mengalami peningkatan yang cukup signifikan di kuartal II dibandingkan dengan kuartal-kuartal lainnya. Hal ini pun menandakan bahwa RALS memang diuntungkan dari momentum Ramadhan dan Idul Fitri. Nah, melihat adanya potensi RALS diuntungkan dari momentum ini, apakah saham RALS layak untuk dikoleksi? Bagaimana dengan kondisi keuangan perusahaan?
Laporan Keuangan RALS
2023 – FY | 2022 – FY | 2021 – FY | |
Pendapatan | 2,059,092,000,000 | 2,326,280,000,000 | 2,063,298,000,000 |
Laba Bersih | 303,192,000,000 | 365,122,000,000 | (189,128,000,000) |
Total Asset | 4,894,919,000,000 | 5,235,114,000,000 | 5,085,410,000,000 |
Total Liabilitas | 1,317,460,000,000 | 1,506,638,000,000 | 1,488,587,000,000 |
Total Ekuitas | 3,577,459,000,000 | 3,728,476,000,000 | 3,596,823,000,000 |
Berdasarkan laporan keuangannya, RALS sendiri tercatat membukukan penurunan pendapatan dari Rp 2.3 triliun menjadi Rp 2.05 triliun di sepanjang tahun 2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan pun menurun dari Rp 365.1 miliar menjadi Rp 303.1 miliar. Begitu pula dengan aset perusahaan, yang juga mengalami penurunan dari Rp 5.2 triliun menjadi Rp 4.8 triliun, dan ekuitas perusahaan juga tercatat anjlok dari Rp 3.7 triliun menjadi Rp 3.5 triliun.
Di sisi lain, liabilitas perusahaan berhasil diturunkan dari Rp 1.5 triliun menjadi Rp 1.3 triliun di tahun 2023. Selain liabilitas perusahaan yang mengalami penurunan, jumlah liabilitas ini juga masih jauh lebih rendah dibandingkan ekuitas perusahaan, sehingga menandakan bahwa perusahaan masih berada dalam kondisi yang sehat. Hal ini pun terlihat dari rasio Debt-to-Equity (DER) perusahaan yang tercatat hanya sebesar 36,83%.
Meskipun RALS berpotensi diuntungkan dari momentum Ramdahan dan Idul Fitri, namun tampaknya hal ini hanya akan berdampak dalam jangka pendek. Adapun kinerja RALS di tahun 2024 ini diproyeksikan masih akan cukup stagnan, mengingat target pasar RALS adalah masyarakat menengah ke bawah yang kemungkinan memiliki daya beli yang tergerus oleh inflasi, terutama inflasi pada harga pangan. Inflasi pada harga pangan per Februari 2024 mencapai 8,47% secara tahunan, lebih tinggi dari kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) rata-rata sebesar 4,9% pada periode 2020-2024. Hal ini menyebabkan kenaikan gaji yang diterima tidak sebanding dengan kenaikan harga pangan yang tinggi.
Di sisi lain, RALS sendiri tercatat belum memiliki toko yang beroperasi secara online. Hal ini pun dinilai menjadi salah satu tantangan utama RALS untuk menjangkau masyarakat. Pasalnya, pandemi telah mengubah perilaku belanja masyarakat, beralih dari belanja di toko ke belanja online. Produk yang dijual secara online juga cenderung lebih beragam dan terkadang lebih terjangkau daripada di toko fisik RALS, sehingga hal ini tentunya membuat persaingan RALS dalam sektor ritel ini semakin ketat. Nah, melihat RALS sendiri yang belum mempunyai rencana untuk ekspansi, baik toko ritelnya maupun ekspansi secara online, menunjukkan bahwa pertumbuhan RALS di tahun 2024 ini mungkin akan cukup stagnan atau bahkan mengalami penurunan.
Meskipun begitu, harga saham RALS sendiri diproyeksikan masih akan menguat mengingat momentum Ramadhan dan Idul Fitri ini bakal mengkerek pendapatan perusahaan, dan juga adanya potensi pembagian dividen jumbo. Sebagai informasi, RALS membagikan dividen tunai dengan nilai total Rp 307,47 miliar atau setara dengan 87,3% dari total laba bersih RALS per Desember 2022. Adapun dari segi valuasi, saham RALS masih dinilai cukup murah melihat rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 0.94x, dan rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran 11.15x. Jadi, berdasarkan pembahasan di atas, saham RALS masih layak untuk diberikan rekomendasi BUY dalam jangka pendek.
3. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)
PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) adalah perusahaan yang utamanya bergerak dalam bidang usaha perdagangan eceran pakaian, sepatu, aksesoris, tas, dan peralatan olah raga. Adapun perusahaan beroperasi melalui empat segmen, yaitu segmen penjualan ritel, yang berfokus pada perdagangan pakaian, peralatan olah raga, mainan dan aksesoris, telepon seluler, tablet, dan komputer. Kemudian ada segmen departemen store, segmen kafe dan restoran, serta segmen lain-lainnya seperti pengembangan properti, holding investasi, pengoperasian toko buku, perdagangan dan manufaktur kerajinan tangan.
Berdasarkan segmennya, dapat terlihat bahwa sumber pendapatan MAPI yang terbesar berasal dari penjualan retail yang berkontribusi sebesar Rp 26.01 triliun atau sekitar 78%, yang kemudian diikuti oleh pendapatan dari kafe dan restoran yang berkontribusi sebesar Rp 3.9 triliun atau sekitar 12%, lalu departemen store berkontribusi sebesar Rp 2.7 triliun atau sekitar 8,3% dan penjualan lain-lainnya berkontribusi sebesar Rp 531.6 miliar atau sekitar 1,5% dari total pendapatan MAPI di kuartal IV-2023. Nah, melihat pendapatan MAPI yang didominasi oleh penjualan retail ini, apakah momentum Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2024 ini bakal menguntungkan MAPI?
Tahun | Q1 | Q2 | Q3 | Q4 |
2023 | 7,462,268,000,000 | 8,132,370,000,000 | 8,197,852,000,000 | 9,500,000,000,000 |
2022 | 6,154,844,000,000 | 7,328,753,000,000 | 7,224,347,000,000 | 8,116,165,000,000 |
2021 | 4,312,884,000,000 | 4,821,918,000,000 | 2,945,666,000,000 | 6,343,335,000,000 |
2020 | 4,708,489,000,000 | 2,113,493,000,000 | 3,377,483,000,000 | 19,976,912,000,000 |
2019 | 4,679,897,000,000 | 6,142,652,000,000 | 5,393,495,000,000 | 6,227,451,000,000 |
Jika dilihat dari data historis perusahaan selama lima tahun terakhir, dapat terlihat bahwa penjualan terbesar MAPI setiap tahunnya selalu konsisten berada di kuartal IV, tepat di momentum natal dan tahun baru. Meksipun begitu, pendapatan MAPI di kuartal II merupakan yang terbesar kedua setelah pendapatan di kuartal IV. Dengan begitu, dapat ditarik kesimpulan bahwa momentum Ramadhan dan Idul Fitri ini sendiri sebenarnya berdampak pada MAPI, namun dampaknya tidak sebesar momentum natal dan tahun baru. Lantas, apakah saham MAPI layak untuk dikoleksi menjelang momentum Ramadhan tahun 2024 ini?
Laporan Keuangan MAPI
2023 – FY | 2022 – FY | 2021 – FY | |
Pendapatan | 31,763,319,000,000 | 25,584,751,000,000 | 17,501,232,000,000 |
Laba Bersih | 1,893,549,000,000 | 2,117,880,000,000 | 438,913,000,000 |
Total Asset | 27,516,859,000,000 | 21,012,616,000,000 | 16,799,186,000,000 |
Total Liabilitas | 15,105,159,000,000 | 11,256,840,000,000 | 9,626,713,000,000 |
Total Ekuitas | 12,411,700,000,000 | 9,755,776,000,000 | 7,172,473,000,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, dapat terlihat bahwa MAPI berhasil membukukan peningkatan pendapatan di tengah isu boikot, dari Rp 25.5 triliun menjadi Rp 31.7 triliun di sepanjang tahun 2023. Sebagai informasi, MAPI sendiri merupakan emiten induk dari pengelola brand minuman Starbucks di Indonesia. Namun, emiten yang menjadi pengelola langsung Starbucks Indonesia adalah PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB), yang merupakan anak usaha MAPI. Starbucks sendiri terkena imbas perang Israel dan Palestina, usai brand kopi ini disebut-sebut mendukung Israel. Namun, pihak Starbucks Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak mengikuti langkah Starbucks di AS, sehingga hal ini pun diyakini dapat mengurangi dampak dari aksi boikot tersebut.
Meskipun membukukan peningkatan pendapatan, MAPI justru membukukan penurunan laba bersih dari Rp 2.1 triliun menjadi Rp 1.8 triliun. Penurunan laba bersih ini pun terjadi karena perusahaan membukukan sejumlah peningkatan di beban-bebanya. Seperti contohnya, beban pokok penjualan dan beban membengkak 22,1% secara tahunan menjadi Rp 18.2 triliun pada tahun 2023, beban penjualan juga naik 28,7% secara tahunan menjadi Rp 9.6 triliun. Di sisi lain, aset perusahaan mengalami peningkatan dari Rp 21 triliun menjadi Rp 27.5 triliun, dan ekuitas perusahaan juga naik dari Rp 9.7 triliun menjadi Rp 12.4 triliun. Sementara itu, liabilitas perusahaan juga turut meningkat dari Rp 11.2 triliun menjadi Rp 15.1 triliun.
Selain mengalami peningkatan, liabilitas perusahaan juga terpantau jauh lebih besar ketimbang ekuitas perusahaan, sehingga hal ini pun mengindikasikan bahwa perusahaan mungkin berada dalam kondisi yang tidak begitu sehat. Hal ini pun tercerminkan dari rasio Debt-to-Equity (DER) perusahaan yang mencapai 151,09%. Rasio DER yang berada di atas 100% ini pun menandakan bahwa perusahaan sudah masuk dalam kategori “warning”. Lantas, apakah saham MAPI masih layak untuk dikoleksi mengingat perusahaan yang membukukan penurunan laba bersih dan memiliki utang yang cukup besar?
Berbeda dengan RALS yang menyasar masyarakat menengah ke bawah, MAPI sendiri menargetkan masyarakat menengah ke atas, dimana daya beli masyarakat dalam kategori ini biasanya memiliki ketahanan yang lebih kuat terhadap goncangan ekonomi. Meskipun begitu, adanya kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari yang semula di angka 11% menjadi 12% mulai 1 Januari 2025 ini dinilai dapat melemahkan daya beli masyarakat.
Adapun dari segi valuasi, saham MAPI masih dinilai cukup premium melihat rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 15.96x, dan rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran 3.02x. Di sisi lain, melihat MAPI yang masih mampu membukukan peningkatan pendapatan di tengah aksi boikot ini pun menandakan bahwa perusahaan cukup kuat dalam menghadapi ketidakpastian global, sehingga saham MAPI pun masih layak untuk diberikan rekomendasi BUY.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia