Sebagaimana diketahui, dolar AS telah menjadi mata uang resmi untuk perdagangan internasional selama bertahun-tahun lamanya. Namun, baru-baru ini, negara yang tergabung dalam aliansi BRICS, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, berencana untuk membuat mata uang tunggal yang bertujuan untuk mengurangi dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional.
Hal ini juga dilakukan sebagai bentuk antisipasi dari keadaan Rusia yang mendapat tekanan dari negara-negara Barat, setelah menginvasi Ukraina. Menurut kantor berita Sputnik, BRICS nantinya tidak akan membela dolar atau euro, melainkan mata uang baru tersebut akan berupa emas ataupun komoditas lain seperti unsur tanah jarang.
Mata uang baru ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan dunia pada dolar AS dan Euro. Selain itu, negara-negara juga dapat mengurangi keterpaparan terhadap fluktuasi mata uang dan perubahan suku bunga, yang dapat membantu meningkatkan stabilitas ekonomi dan mengurangi risiko krisis keuangan. Meskipun begitu, klaim tersebut belum dikonfirmasi oleh negara-negara anggota yang lain. Adapun pertemuan KTT berikutnya akan diadakan di Afrika Selatan pada Agustus 2023 mendatang.
Menurut data Bloomberg, yuan China telah menggantikan dolar AS sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia. Yuan melampaui dolar dalam volume perdagangan bulanan pada bulan Februari untuk pertama kalinya, dan perbedaannya menjadi lebih jelas pada bulan Maret. Tak hanya China, India juga tengah mengurangi penggunaan dolar. Baru-baru ini, 18 negara, termasuk Inggris, Jerman, Rusia, dan bahkan Uni Emirat Arab, telah diberikan izin untuk memperdagangkan rupee India. Salah satu ekonom terkemuka, Nouriel Roubini, mengatakan bahwa rupee India dari waktu ke waktu dapat menjadi salah satu mata uang cadangan global di dunia.