[Medan | 10 Mei 2024] PT Timah Tbk (TINS), perusahaan yang bergerak di bidang penambangan bijih timah dan produksi timah olahan ini telah memutuskan untuk tidak membagikan dividen pada tahun bukun 2023. Keputusan pembagian dividen ANTM ini pun telah disepakati dalam Rapat Pemegang Umum Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada hari Rabu (8/5/2024).
Menurut Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS, Fina Eliani, tidak dibagikannya dividen pada tahun ini dikarenakan keuangan perseroan yang mengalami kerugian, ditambah lagi perusahaan memiliki kewajiban obligasi dan sukuk yang akan jatuh tempo pada Agustus 2024.
Sebagai informasi, pendapatan TINS di sepanjang tahun 2023 tercatat anjlok 32,88% secara tahunan (Year on Year/YoY) menjadi Rp 8,39 triliun. Sejalan dengan itu, TINS berbalik dari laba bersih Rp 1,04 triliun di 2022 menjadi rugi bersih Rp 449,69 miliar pada 2023. Memasuki tahun 2024, kinerja TINS pun belum pulih. Adapun hingga kuartal pertama, pendapatan TINS menyusut 5,53% (YoY) menjadi Rp 2,05 triliun, sedangkan laba bersih TINS anjlok 41,23% (YoY) menjadi Rp 29,54 miliar pada kuartal I-2024.
TINS sendiri menargetkan produksi timah sebesar 30.000 ton sepanjang 2024, atau naik 100% dibandingkan dengan produksi 2023 yang tercatat sebesar 15.000 ton. Selain itu, kinerja TINS dapat lebih baik lagi dengan mengoptimalkan kapasitas Ausmelt, smelter timah yang telah beroperasi sejak tahun 2023.
Manajemen TINS menyatakan bahwa tingkat produktivitas smelter di tahun pertama dan kedua adalah 70-80%, sedangkan di tahun ketiga mencapai kapasitas penuh 100%. Dengan fasilitas ini, TINS dapat mengolah konsentrat bijih timah berkadar rendah mulai dari 40% dengan kapasitas 40.000 ton timah mentah per tahun atau 35.000 metrik ton timah ingot per tahun.
Di sisi lain, harga timah diproyeksikan masih akan meningkat di tahun 2024 ini mengingat adanya penundaan ekspor timah dari Indonesia dan larangan penambangan di Myanmar. Sebagai informasi, pada bulan Agustus 2023, junta Myanmar melarang penambangan dari negara tersebut, yang menghasilkan 70% produksi Yangon dan merupakan pemasok signifikan ke Tiongkok.
Larangan penambangan di Myanmar dan larangan ekspor timah batangan oleh Indonesia akan menjaga pasokan timah global tetap ketat dalam beberapa bulan ke depan, sehingga menyebabkan harga tak akan jatuh. Nah, melihat adanya peningkatan volume produksi yang dibarengi dengan peningkatan harga jual ini pun diproyeksikan dapat memperbaiki kinerja TINS yang merugi di tahun 2023 ini.