[Medan | 23 Januari 2024] Bursa Efek Indonesia (BEI) akan segera melakukan rebalancing Indeks LQ45 pada akhir Januari 2024 mendatang. Sebagai informasi, indeks LQ 45 adalah representasi dari 45 emiten yang ada di BEI yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas tertinggi dan kapitalisasi pasar terbesar, serta kriteria-kriteria lain yang sudah ditentukan.
Adapun beberapa saham yang dinilai mempunyai peluang besar menjadi penghuni baru indeks LQ45 adalah PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Menurut CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo, saham AMMN dan BREN berpeluang besar masuk ke indeks LQ45 karena likuiditasnya yang tinggi dengan masing-masing diatas Rp 100 miliar per hari, ditambah dengan rasio free float yang juga relatif besar diatas 10%, serta kapitalisasi pasar yang juga tercatat berada diatas Rp 500 triliun.
Baca Juga: Saham BREN Berpotensi Masuk Indeks MSCI?
Praska juga menilai bahwa prospek bisnis AMMN maupun BREN dalam jangka panjang masih didukung oleh kinerja fundamental yang kuat baik dari segi pendapatan maupun laba, sehingga hal ini tentunya akan menjadi daya tarik bagi para investor. Selain AMMN dan BREN, Praska juga menilai bahwa saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) juga berpotensi masuk ke indeks LQ45, mengingat kedua saham ini juga telah memenuhi kriteria sebagai penghuni LQ45.
Sementara itu, Investment Consultant Reliance Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga berpotensi masuk indeks LQ45. Di sisi lain, salah satu saham yang berpeluang didepak dari indeks LQ45 ini adalah PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Pasalnya, rata-rata transaksi harian SCMA terpantau relatif kecil dibandingkan dengan peers nya yang tergabung sebagai konstituen LQ45 dalam rentang waktu enam bulan terakhir. Selain itu, harga saham SCMA juga terpantau masih dalam tren bearsih jangka panjang, serta kinerja fundamental yang melambat, sehingga berpotensi menurunkan daya tarik investor.